Jurnalistik Telinga: Membuat Naskah Berita Radio

Media radio punya fungsi hiburan. Ini bukanlah hal asing dan baru buat masyarakat awam. Yang menarik kini justru radio punya fungsi pemberitaan. bahkan dalam buku Politik dan Radio, terbitan Frederich Naumann Siftung disebutkan radio menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan terhadap informasi.

Sekitar tahun 1995 Ted Bolton, Direktur Bolton Research Corporation dan penerbit Radio Trends mengingatkan pada pekerjaan pemberitaan radio tentang The Death of Traditional News. Menurutnya, pola konsumsi informasi sedang bergerak mengikuti teknologi yang memperluas kekayaan pengaksesan informasi.

Ini dimaklumi. Terbukti, indikasi ini bisa dilihat dari kondisi media massa di Amerika. Jumlah pembaca sura kabar menciut dalam 30 tahun. Radio pun serupa, terutama yang menyajikan informasi. Dibandingkan tahun 60-an horison pendengar berita semakin bergeser.

Menurut Bolton, dulu masyarakat termasuk khalayak pendengar radio sangat bergantung pada informasi yang disajikan media. Sekarang merekalah yang aktif mengakses informasi dari mana-mana.

Dengan berbagai tantangan tersebut, pastilah informasi dalam bentuk berita menjadi hal pokok. Untuk membuat berita yang mampu bersaing, tentulah dibutuhkan pemahaman terlebih dahulu apa itu berita.

Asal kata berita (news) dari bahasa latin, novus, nova. Yang artinya, baru. Secara umum, berita dapat diartikan segala sesuatu yang baru diketahui oleh khalayak. Lebih lengkapnya lagi, Prof. Woleseley dan Prof. Campbell memaparkan berita sebagai laporan tentang ide, peristiwa, atau situasi (keadaan) yang baru terjadi, yang menarik perhatian konsumen berita dan menguntungkan pemilik media massa.

Definisi lain diungkapkan oleh Willard G. Bleyer (1913) yaitu segala sesuatu yang pada waktunya menarik perhatian sejumlah orang dan berita yang terbaik ialah berita yang paling menarik perhatian sejumlah terbesar orang.

Dan khalayak-lah yang mampu memberi nilai atas suatu berita. Dengan demikian, nilai berita dapat dijabarkan sebagai penetapan ukuran-ukuran tertentu yang diberlakukan untuk menentukan apakah sebuah berita mempunyai nilai untuk disiarkan. Beberapa ukuran yang dipakai: penting tidaknya, daya tarik, aspek kebaruan, memenuhi selera, mengundang minat dan pemenuhan kebutuhan referensi wawasan. Apabila ini terpenuhi, pastilah berita itu pantas disiarkan.

Selain itu tiap jurnalis radio juga harus tahu betul konsep dari berita radio. Pertama, berita radio sebagai laporan tercepat. Sehingga menungkinkan berita radio disiarkan pada saat yang sama.

Kedua, sebagai rekaman. Rekaman peristiwa dalam pengertian “dokumentasi” dapat disajikan dalam berita dengan menyisipkan rekaman suara nara sumber dan peristiwa.

Ketiga, sebagai fakta objektif. Berbeda dengan media cetak yang memerlukan proses penulisan, penyuntingan dan tata letak visual, radio lebih mudah menyiarkan peristiwa tanpa harus mentranskripsikan hasil liputan yang berbentuk rekaman suara nara sumber atau peristwa dalam teks.

Keempat, sebagai interpretasi (news behind the news). Dengan features, radio dapat mengolah siaran berita melalui paparan data dan suara rekaman fakta. Sehingga berita yang diperdengarkan tidak hanya peristiwa di permukaan saja. Tapi, bisa jadi lebih mendalam atau bahkan dari sudut pandang  yang berbeda.

Kelima, sebagai sensasi. Karakteristik suara radio yang imajinatif, -karena hanya sura dan tanpa gambar-, merangsang rasa sensasi pendengar yang hanya bisa diduga-duga atau membiarkan imajinasi berupaya memvisualkan siaran berita melalui interpretasi subyektifnya. Jadi, bukan hanya mnara sumber berita yang kita dengar, tapi juga atmosfirnya/ suasana di sekitar nara sumber.

Keenam, sebagai minat insani. Maksudnya, berita radio dapat menggugah emosi pendengar.

Ketujuh, sebagai ramalan. Berita radio memungkinkan khalayak mempresentasikannya sebagai gambaran-gambaran mendatang melalui paparan data dan nara sumber.

Kedelapan, sebagai gambar. Meski radio tdak bisa memberi gambaran visual, namun ia punya kelebihan lain. Berita radio adalah gambar imajinasi di benak pendengar. Karena suara itulah maka setiap pendengar mampu membuat gambar imajinasinya sendiri-sendiri. Gambar imajinasi berdampak lebih dasyat dibandingkan gambar nyata, termasuk dampak biasnya.

 

One thought on “Jurnalistik Telinga: Membuat Naskah Berita Radio

  1. Pingback: Kriteria Berita Radio

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *