Luka Itu Belum Sembuh (Bagian 4)

Yang belum baca cerita sebelumnya ada di bagian 1, bagian 2, dan bagian 3

“Kak Ryan…Kak…tunggu.” Tiba-tiba suara itu terdengar lagi. Suara Tantri, yang lembut dan renyah. Ryan bingung harus bagaimana. Seminggu ini ia berhasil menghindar dari Tantri. Tapi, tidak kali ini.

          “Tantri salah ya, Kak?,” Tantri bertanya sungguh-sungguh. Ryan Cuma diam dan menggelengkan kepalanya. “Kak, kalau aku salah, beritahu apa salahku. Kenapa Kak Ryan tidak mau jalan-jalan bareng aku lagi,” lagi-lagi Tantri menegaskan kebingungannya. Namun, lagi-lagi Cuma tatapan tak acuh Ryan sebagai balasannya.

          Tiba-tiba Tantri yang biasa bertutur kata halus dan sopan itu berdiri dengan geram. “Kak, aku salah apa?Aku tidak mau didiamkan seperti ini tanpa tahu apa kesalahanku,” ujarnya dengan nada tinggi. Reaksi Tantri mengagetkan sekaligus mengesalkan bagi Ryan.

          Dengan suara tak kalah kerasnya Ryan berujar,” Yang salah adalah kamu masuk ke dalam kehidupanku.” Tantri mengernyitkan dahinya sambil bertanya,” Terus, apanya yang salah. Sebelum aku pergi keBeijing, Kak Ryan baik-baik saja. Kenapa sekarang jadi begini.”

          Ryan tak mampu menahan amarahnya. “Ya, itu yang salah. Aku mencintaimu tanpa tahu kalau kamu atlit nasional bola volly. Seandainya aku tahu jauh-jauh hari, tentu aku akan berusaha menghilangkan rasa itu. Tapi kini, aku semakin sulit,” tandasnya dengan penuh rasa sesal.

          “Kak Ryan mencintaiku? Apa yang salah? Aku juga menyayangimu, Kak,” ujar Tantri pelan. Ia berharap Ryan semakin melunak begitu mendengar ungkapan cintanya. Tapi tidak.

          Ryan menunduk. “Tidak, aku tidak pantas untukmu. Terima kasih untuk kasih sayang itu, tapi sekali lagi kita harus tutup semua kenangan bersama, ” Ryan meninggalkan Tantri dengan pasti.

          Langkah Ryan yang tertatih-tatih, tiba-tiba terhenti. Dekapan hangat itu. Tantri menghipnotis Ryan. Ia berhasil memaku seluruh tubuh Ryan. Kecuali tetesan air mata dari kedua kelopak mata Ryan. Setitik air mata tak kuasa bertahan dan mengalir pelan di pipi laki-laki bertubuh atletis dan berhidung bangir itu.

          “Tantri tahu semua, Kak. Kak Ryan tidak perlu menutup-nutupi lagi. Sebelum kita jalan bareng pun Tantri sudah tahu kalau Kak Ryan adalah mantan pemain volly andalan kampus. Malah Kak Ryan menjadi satu-satunya mahasiswa yang mewakili DKI Jakarta dalam Pelatnas 2 tahun yang lalu,” ujar Tantri dengan hati-hati.

          Ryan yang tak berdaya, akhirnya mampu menguasai diri. Ia mengikuti ajakan Tantri untuk kembali duduk di kursi. Kali ini tubuhnya tak lagi gemetaran karena amarah. Ryan hanya lemas karena harus mengingat cerita pedih yang telah lama disimpannya rapat-rapat.

(bersambung)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *